• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
27 Jul

Tips Menghadapi Bos yang Mengalami Toxic Leadership!

by Mega Lanina

Halo, Socconians!

Setiap atasan pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Namun, pernahkah kamu menemukan sifat bos yang toxic, sehingga menimbulkan perasaan jenuh, gelisah, dan mudah tertekan? Ketika kamu merasakan hal seperti ini, bisa jadi bos kamu mengalami toxic leadership. Hal ini dapat menciptakan budaya kerja di kantor menjadi kaku dan menimbulkan efek negatif, lho! Lalu, bagaimana tips menghadapi bos yang mengalami toxic leadership? Yuk, simak artikel Social Connect di bawah ini.

Apa itu Toxic Leadership

Toxic leadership adalah perilaku negatif pada pemimpin dalam mengawasi dan memimpin karyawan. Pemimpin dengan toxic leadership memiliki sifat arogan, mengintimidasi, memanipulasi, dan micromanaging. Perilaku toxic leadership menunjukkan sisi gelap pemimpin, memiliki sifat otoriter dalam memimpin, kasar dalam mengawasi karyawan, memiliki sifat narsistik, dan cenderung tidak mau mendengarkan masukan dari karyawan.

Penyebab Bos Mengalami Toxic Leadership

Hal ini disebabkan adanya persepsi budaya laki-laki harus menjadi pemimpin, sehingga adanya stigma laki-laki tidak boleh lemah dan harus menjadi pemenang dalam berbagai aktivitas. Selain itu, laki-laki juga harus memiliki stamina yang kuat, sehingga dapat mempengaruhi status dan jabatan, selalu menjadi pekerja paling terdepan, dan adanya budaya kerja Dog-Eat-Dog Competition, yaitu saling menghancurkan satu sama lain dalam mencapai kesuksesan. Hal ini dapat menyebabkan stres dan konflik di lingkungan kerja.

Efek yang Memengaruhi Karyawan pada Toxic Leadership

Pada kasus toxic leadership, terdapat beberapa efek negatif yang dapat memengaruhi karyawan, seperti berikut ini.

1. Mengalami gangguan emosional

Pengaruh dari toxic leadership  adalah karyawan mengalami perasaan tertekan, mudah gelisah, marah, dan takut terhadap tugas yang diberikan oleh atasan. Hal ini disebabkan terjadinya kehilangan kepercayaan pada sesama karyawan, kurangnya komunikasi antara atasan dengan karyawan, sehingga terjadinya ketimpangan kerja antar karyawan.

2. Meragukan diri sendiri

Toxic leadership pada atasan juga dapat memengaruhi tingkat kepercayaan diri karyawan. Karyawan cenderung menarik diri, sensitif, kurang percaya diri, kurang motivasi, serta muncul perasaan terisolasi yang pada akhirnya dapat mengakibatkan munculnya gangguan kecemasan dan depresi pada karyawan.

3. Mengalami gangguan kesehatan

Toxic leadership juga dapat memengaruhi kesehatan pada karyawan. Rasa tertekan di lingkungan kerja dapat mengakibatkan penurunan imun tubuh sehingga karyawan lebih mudah terserang penyakit. Selain itu, stres dan tertekan di lingkungan kerja dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan secara drastis, gangguan pada sistem pencernaan, dan insomnia pada karyawan.

Tindakan dalam Menghadapi Bos dengan Toxic Leadership

Dari beberapa efek yang disebabkan oleh bos dengan toxic leadership, kita pasti akan berpikir bagaimana cara menghindari perilaku toxic tersebut. Tidak sedikit karyawan yang memutuskan untuk resign dari tempat kerja karena permasalahan ini. Namun, ada beberapa tips yang dapat digunakan dalam menghadapi bos yang mengalami toxic leadership. Socconians, yuk, kita simak!

1. Hindari sifat mudah marah, tidak sabar, dan frustrasi

Gunakan kata-kata bijaksana dalam menilai, tetap bijaksana, dan profesional pada saat kamu mengalami frustrasi. Selain itu, cari penilaian dari sudut pandang yang berbeda dengan cara memberikan ide atau hobi yang sama agar tetap terhubung dengan atasan kamu sehingga dapat mengetahui permasalahan secara objektif.

2. Atur jadwal untuk bertemu dengan atasan kamu

Atur jadwal pertemuan dengan atasan di luar jam kerja bertujuan untuk melakukan pendekatan dan mengetahui ekspektasi atasan terhadap dirimu. Tanyakan jenis kinerja apa yang diharapkan darimu. Pastikan atasanmu memahami sudut pandang kamu, pentingnya kehidupan pribadi, dan harapanmu terkait tuntutan pekerjaan. Pendekatan ini dilakukan guna memastikan kamu tidak akan mengalami penurunan jabatan karena tidak bekerja lembur.

3. Jangkau lebih banyak rekan kerja

Pada umumnya, kolega lain juga mengalami masalah yang sama dengan atasan mereka. Buatlah sebuah support-group guna memberikan dukungan antar karyawan. Lakukan pertemuan dengan support-group sebelum dan setelah bekerja untuk membicarakan masalah secara konstruktif. Kemudian, atur jadwal untuk bertemu dengan atasanmu guna menyampaikan aspirasi dan meminta umpan balik dari atasan, sehingga dapat menghasilkan jalan keluar dalam mengurangi konflik dalam bekerja. Selain itu, usahakan untuk menahan diri agar tidak mengatakan hal-hal yang kejam seperti fitnah dan menyebarkan gosip. Hal ini dapat membantu membangun kerjasama secara profesional dan memecahkan masalah dengan atasanmu agar mengembangkan iklim kerja tim.

Referensi

Penulis : Mega Lanina

Editor-in-Chief : Aniesa Rahmania Pramitha Devi

Editor Medis : Sherly Deftia A. S.Ked

Editor Tata Bahasa : Christina Intania A dan Hafiza Dina Islamy

Sumber Tulisan :

  1. Gallus, Jessica A, Walsh, Benjamin M, Driel, Marinus Van, Gouce, Mellisa C, Antolic, Emily. (2017). Intolerable Cruelty: A Multilevel Examination of the Impact of Toxic Leadership on U.S. Military Units and Service Members. Military Psychology, 25 (6), 588-601. https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1037/mil0000022
  2. Matos, Kenneth, O’Neill, Olivia (Mandy) dan Lei, Xue. (2018). Toxic Leadership and the Masculinity Contest Culture: How “Win or Die” Cultures Breed Abusive Leadership. Journal of Social Issue, 74(3), 500-528. https://spssi.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/josi.12284
  3. Psychologytoday.com. (2020, 05 Oktober).How to Deal With a Toxic Boss. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2020, dari situs https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-right-mindset/202010/how-deal-toxic-boss
  4. Sigh, Nivedita dan Sengupta, Santoshi. (2019). Toxic Leadership: The Most Menacing Form of Leadership. London: Intech Open. https://www.researchgate.net/publication/330138845_Toxic_Leadership_The_Most_Menacing_Form_of_Leadership
  5. Webster,Vicky, Brought, Paula dan Daly, Kathleen. (2014). Fight, Flight or Freeze: Common Responses for Follower Coping with Toxic Leadership. Stress and Health, 32(4), 346-354 https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/smi.2626

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.