• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Bicara tentang toxic relationship, sebenarnya bukan satu hal yang baru saja dikenal untuk zaman ini. Jenis hubungan yang bisa terjadi di setiap jenis kelompok sosial seperti keluarga, teman, pekerjaan, bahkan pasangan yang dapat berdampak pada kesehatan mental. Survey catahu (catatan akhir tahun) komnas perempuan pada tahun 2020 menjelaskan bahwa pacar kerap menjadi faktor paling banyak melakukan abusive secara emosional, fisik maupun verbal. Selain itu, laporan dari kekerasan.kemenpppa.go.id/ sampai di tanggal 09/07/22 menunjukkan bahwa sebanyak 11.075 perempuan dan 1.836 laki-laki menjadi korban kasus kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa apa pun gendernya toxic relationship dapat terjadi kepada siapa pun.

Bagi beberapa orang yang sudah memiliki hubungan dengan tanda-tanda tidak sehat, mereka akan berdalih “pasanganku mau berubah kok”. Padahal, kalau kita membahas mengenai hal ini, karakter seseorang tidak akan berubah, kecuali mereka sendiri yang ingin berubah. Karena sifat manusia itu rasional, tetapi juga bisa irasional (Muhni, 1997). Tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Maka ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship.

Melalui artikel Social Connect kali ini akan menjelaskan beberapa tanda-tanda hubungan toxic relationship menurut Murphy and Smith, (2010) dalam Yulita dkk. (2021), yaitu :

  1. Diskriminasi gender. Individu yang mendiskriminasi gender untuk merendahkan pasangan dan cenderung tidak menghargai pendapat lawan jenisnya. Padahal dalam hubungan, komunikasi dua arah adalah hal yang paling utama.
  2. Menghina pasangan. Pasanganmu dengan mudah menghina penampilan, perlakuan, bahkan hasil karya yang kamu buat dengan cara yang tidak pantas. Baik dilakukan secara pribadi atau di depan umum. Seharusnya pasanganmu tahu bagaimana cara menghargai yang sudah kamu lakukan.
  3. Kasar secara verbal. Benar, bisa jadi omongan yang kurang pantas dan menyakiti hatimu seringkali diucapkan ketika bersitegang. Namun, kembali lagi ke budaya masing-masing daerah, jika memang itu menjadi logat tertentu tidak menjadi masalah. Hal yang menjadi kurang baik adalah ketika perkataan yang membuatmu sakit hati dilakukan secara berulang-ulang.
  4. Over protektif dan pencemburu. Pada dasarnya dalam suatu hubungan cemburu dan protektif merupakan hal yang sangat wajar. Akan tetapi, jika cemburu dan perlakuannya membatasi ruang gerak, sosial, dan hal yang kamu suka, sudah seharusnya kamu mulai berpikir lagi apakah dia pantas untuk dipertahankan?
  5. Taktik exit-control. Pasanganmu punya kendali untuk tidak membiarkanmu lepas dari hubungan kalian, ancaman bunuh diri, bahkan menyebarkan hal yang sifatnya privasi akan membuatmu merasa terintimidasi.

Dari kelima tanda toxic relationship, kini Socconians harus lebih berani memutuskan hubungan yang akan berdampak pada kesehatan mental kamu ke depannya. Karena orang yang dapat melindungi diri kita pertama kali adalah keberanian yang ada di dalam diri sendiri.

Referensi

Nama Penulis : Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Editor Tata Bahasa :  Ika aulia Andri Saputri

Sumber Tulisan :

  1. Diakses dari laman https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan pada tanggal 09 Juli 2022.
  2. Muhni Dr. Djuretna Adi Imam. (1997). Manusia dan Kepribadiannya (Tinjauan Filsafat). Staf Pengajar Fakultas Filsafat UGM.
  3. Komnas Perempuan. (2021). Perempuan dalam himpitan pandemi : Lonjakan kekerasan seksual, kekerasan siber, perkawinan anak, dan keterbatasan penanganan di tengah covid-19. Diakses dari laman https://komnasperempuan.go.id/ pada tanggal 09 Juli 2022.
  4. Yulita Odelia, Marlina, Kencanasari Yuniawati. (2021). A Semiotic Analysis of Toxic Relationship as Portrayed in Story of Kale: When Someone’s in Love. Vol,4 P.8737-8747. Budapest International Research and Critics Institute-Journal. Institute komunikasi dan bisnis LSPR Indonesia.

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
03 Aug

Detoks Digital agar Hidup Lebih Bermakna

by Nanda Puteri Syahrah, S.Psi

Pernahkah Socconians tahu tentang detoks dalam menggunakan internet? Jika sudah ketergantungan dalam menggunakan internet dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental dan fisik kita, lho! apalagi jika tidak segera ditangani. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperbaikinya ialah dengan melakukan detoks digital.

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.