• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
01 Jul

Tantangan bagi Anak dengan OCD di Sekolah

by

Halo, Socconians!

Tahukah Socconians apa yang dimaksud dengan OCD?

OCD atau Obsessive Compulsive Disorder merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan obsessive thoughts dan compulsive behaviors. Menurut pengertiannya, obsessive merupakan pikiran atau keinginan yang muncul secara berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan rasa takut dan kecemasan dalam diri seseorang. Sedangkan compulsive merupakan perilaku yang juga ditunjukkan oleh seseorang secara berulang-ulang sebagai respon dari pikiran obsessive untuk mengurangi rasa takut dan kecemasan yang dialaminya.

OCD sendiri tidak hanya terjadi pada usia dewasa. Beberapa studi menunjukkan bahwa gejala OCD dapat terlihat pada anak-anak usia 2--3 tahun. Hal ini bahkan dapat terus berlangsung hingga anak memasuki usia sekolah atau beranjak dewasa. Secara khusus, OCD pada anak-anak biasanya ditandai dengan adanya pikiran obsessive yang berpusat pada agresi dan kontaminasi, sedangkan perilaku compulsive yang paling sering ditunjukkan adalah perilaku mencuci atau membersihkan dan memeriksa secara berulang-ulang.

Penyebab OCD pada Anak-anak

Socconians mungkin penasaran, apa sih yang menyebabkan gangguan mental ini terjadi pada anak-anak? Beberapa studi mengungkapkan bahwa OCD pada anak-anak dapat disebabkan oleh hal berikut:

1. Faktor Genetik

Studi mengungkapkan bahwa anak-anak yang memiliki keluarga atau kerabat dengan OCD pada umumnya memiliki faktor resiko yang lebih tinggi. Resiko tersebut akan semakin tinggi jika keluarga atau kerabat menunjukkan gejala OCD sejak mereka berusia anak-anak.

2. Pengalaman Traumatik

Salah satu faktor resiko OCD pada anak-anak dapat disebabkan karena adanya pengalaman traumatik atau stressful life events. Sebagai contoh, kekerasan fisik atau seksual yang dialami oleh anak usia dini dapat menjadi salah satu penyebab trauma yang kemudian berujung pada berkembangnya gejala OCD.

3. Gangguan Kesehatan Mental Lainnya

Memiliki gangguan kesehatan mental lainnya, terutama yang berhubungan dengan rasa cemas, seperti generalized anxiety disorder atau social anxiety dapat meningkatkan faktor resiko mengalami OCD.

Tantangan OCD pada Anak di Sekolah

OCD tentunya memengaruhi bagaimana seseorang berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tantangan tersendiri bagi anak dengan OCD dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Hal ini diakibatkan karena OCD memengaruhi kemampuan sosial, emosional, dan akademik seseorang. Berikut ini adalah beberapa tantangan yang dihadapi anak dengan OCD di sekolah:

1. Kemampuan Sosial

Anak dengan OCD dapat mengalami kesulitan dalam menjalin interaksi sosial dengan teman di sekolahnya. Mereka cenderung kesulitan berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan akibat adanya pikiran obsessive dan perilaku compulsive yang mereka tunjukan berulang-ulang. Beberapa studi menunjukkan bahwa anak dengan OCD memiliki kesulitan dalam membangun dan menjaga hubungan pertemanan di sekolah.

2. Bullying

Bullying merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh anak dengan OCD di sekolah. Adanya kesalahpahaman dan pandangan negatif pada anak dengan OCD oleh teman-temannya yang lain dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya bullying.

3. Kemampuan Akademik

Meskipun anak dengan OCD juga memiliki kemampuan intelegensi yang baik, diperlukan dukungan dari sekolah dan lingkungan agar ia dapat mengikuti pembelajaran dengan maksimal. Perasaan cemas akibat pikiran obsessive seringkali mempengaruhi dan mengganggu konsentrasi mereka selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah.

Nah Socconians, dari uraian di atas, kita dapat memahami bagaimana OCD dapat memengaruhi anak di sekolah dan tantangan apa saja yang kemungkinan mereka hadapi. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama yang baik dari tenaga pengajar dan lingkungan di sekitarnya. Tenaga pengajar memiliki peran penting untuk memberikan pemahaman mengenai OCD pada lingkungan sekolah dan membantu anak dengan OCD agar lebih percaya diri dalam melakukan interaksi sosial. Dengan menumbuhkan rasa keberagaman dan saling menghargai di antara kelompok pertemanan, lingkungan sekolah juga turut memberikan support bagi anak dengan OCD untuk terus berkembang dan belajar secara maksimal.

Referensi

Penulis: Servasia Petra Rosari Yusandani

Editor-in-Chief: Kabrina Rian

Editor Medis: Keisha Alika Lie, BPsychSc

Editor Tata Bahasa: Dian Rotua Damanik dan Sulistia Ningsih

Sumber Tulisan :

  1. Chandna, P. (2015). “Obsessive Compulsive Disorder (OCD) in Childhood and Adolescence”. Diakses dari laman researchgate.net pada tanggal 02 Agustus 2020.
  2. Chaturvedi, A., Murdick, N. L., dan Barbara C. G. (2014). Obsessive Compulsive Disorder: “What An Educator Needs to Know”. Diakses dari laman files.eric.ed.gov. pada tanggal 01 Agustus 2020.
  3. Kelly, O. (2020). “Common Risk Factors for OCD”. Diakses dari laman verywellmind.com pada tanggal 02 Agustus 2020.
  4. Krebs, G., dan Heyman, I. (2015). “Obsessive-compulsive Disorders in Children and Adolescents”. BMJ Journals. Vol. 100(5). Hal. 495--499.
  5. Tim Penulis Anxiety and Depression Association of America. (2020). “How OCD Affects Social Interaction at School”. Diakses dari laman adaa.org pada tanggal 02 Agustus 2020.
  6. Tim Penulis National Institute of Mental Health. (2019). “Obsessive-Compulsive Disorder”. Diakses dari laman nimh.nih.gov pada tanggal 01 Agustus 2020.

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.