• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
02 Jul

Perbedaan Corona Blues dengan Depresi

by

Hi, Socconians!

Selama pandemi Covid-19 ini, pemerintah membatasi aktivitas masyarakatnya di luar rumah. Masyarakat diminta untuk tetap di rumah dan hanya keluar jika ada keadaan penting atau mendesak. Pembatasan aktivitas di luar rumah ini merugikan banyak pihak karena banyak perusahaan yang akhirnya mem-PHK karyawannya, para pelajar juga mahasiswa harus melakukan online school, tidak bisa bertemu dengan teman-teman, dan lainnya. Terlalu lama di rumah membuat banyak orang akhirnya stres, bahkan depresi karena saat online school ataupun WFH diberikan tugas yang lebih banyak serta karyawan yang di-PHK harus mencari pekerjaan di masa sulit ini. Biasanya saat merasa stres dengan keadaan, kita bisa berkumpul dengan teman-teman untuk melupakan, mengurangi, atau menghilangkan stres. Namun, pandemi ini membuat hal tersebut jadi sulit untuk dilakukan.

Namun Socconians, bisa saja gangguan yang muncul akibat pandemi ini, bukanlah depresi, melainkan corona blues. Mungkin ada beberapa atau banyak yang baru mengetahui istilah ini. Lalu, apa itu corona blues? Bagaimana cara membedakan depresi dan corona blues?

Corona blues adalah depresi yang disebabkan oleh pandemi corona. Corona blues mungkin membuat seseorang takut yang menyebabkan seseorang cemas akan terinfeksi virus corona, takut dengan gejala corona, terus-menerus mencari berita seputar corona, merasa terisolasi, gangguan tidur, tidak semangat, kelelahan, bosan, hilangnya minat, dan stres. Namun, kebanyakan penderitanya akan kembali bersikap optimis lagi, apalagi kini telah ditemukannya vaksin dan sudah diterapkannya new normal.

Gejala blues hanya terjadi dalam waktu singkat dan masalahnya lebih ringan dibandingkan dengan depresi, tidak mengganggu kehidupan sehari-hari, dan hanya memengaruhi beberapa hal tertentu di hidupnya, Jika seseorang sudah bisa mengatasi masalahnya, maka gangguan tersebut akan segera hilang. Psikolog Vailey Wright mengatakan the blues itu datang dan pergi dan tidak bertahan sampai dua minggu. The blues dikategori kan depresi situasional yaitu jika suatu situasi berubah, maka gangguan tersebut akan hilang.

Sedangkan depresi adalah suatu gangguan mental umum dengan gejala, seperti suasana hati yang tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, kurang bersemangat, memiliki perasaan rendah diri atau rasa bersalah, gangguan makan atau tidur, dan rendahnya konsentrasi. Penyebabnya diduga berhubungan dengan faktor genetik, hormon, dan zat kimia di otak. Faktor yang memicu terjadinya depresi, seperti pengalaman traumatis, memiliki riwayat penyakit serius, mengonsumsi jenis obat tertentu, memiliki riwayat gangguan mental, dan memiliki tekanan batin. Depresi bisa bertahan selama 2 minggu berturut-turut dan membutuhkan pertolongan psikolog ataupun psikiater.

Jadi, perbedaan corona blues dengan depresi adalah durasinya. Corona blues tidak berlangsung selama berminggu-minggu, sedangkan depresi berlangsung selama dua minggu. Corona blues bisa datang dan pergi, sedangkan depresi bisa datang, tetapi tidak bisa pergi.

Lalu, bagaimana caranya untuk melawan corona blues? Beberapa hal berikut adalah yang direkomendasikan oleh U.S Centers for Disease Control and Prevention (CDC), antara lain:

  1. Tetaplah sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, mengatur pola makan yang sehat, hindari konsumsi junk food dan fast food, dan hiruplah udara segar.
  2. Berpikir positif dapat membantu Socconians untuk menerima situasi sekarang.
  3. Tetap bersosialisasi dengan sahabat juga keluarga lewat chat, video call, ataupun telfon.
  4. Tetap update dengan situasi terkini melalui berita-berita yang terpercaya.
  5. Cari bantuan jika Socconians mengalami kesulitan.

Itu lah penjelasan tentang perbedaan corona blues dengan depresi. Di masa sulit ini, selain menjaga kesehatan fisik, jangan lupa juga untuk menjaga kesehatan mental kita karena di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat. Jika Socconians atau pun orang di sekitar merasa mengalami corona blues ini sampai berminggu-minggu, jangan takut untuk mencari pertolongan psikolog atau pun psikiater, ya!

Referensi

Penulis : Nahlia Choirunnisa, S.Psi

Editor in Chief : Lailatul Qomariah

Editor Medis : Nahlia Choirunnisa, S.Psi

Sumber Tulisan :

  1. Dimitriu, Alex. (2021). “Is It Just The COVID-19 Blues or Is It Depression?”. Diakses pada 20 Februari 2021 di situs web: https://www.psychologytoday.com/us/blog/psychiatry-and-sleep/202101/is-it-just-the-covid-19-blues-or-is-it-depression
  2. Humas Sardjito. (2020). “Mengenal Depresi”. Diakses pada 20 Februari 2021 di situs web: https://sardjito.co.id/2019/09/30/mengenal-depresi/
  3. Kim, Sean. (2020). “How to Deal With ‘Corona Blues’”. Diakses pada 20 Februari 2021 dari situs web: https://www.koreatimes.co.kr/www/opinion/2021/02/161_289430.html
  4. Pane, Merry Dame Cristy. (2020). “Depresi”. Diakses pada 20 Februari 2021 dari situs web: https://www.alodokter.com/depresi
  5. Renee Bacher. (2020). “Coronavirus Blues or Depression Crinical?”. Diakses pada 20 Februari 2021 dari situs web: https://www.aarp.org/health/conditions-treatments/info-2020/coronavirus-blues-or-depression.html
  6. Won, Eunsoo. (2020). “Have You Ever Experienced ‘Corona Blues’?”. Diakses pada 20 Februari 2021 di situs web: https://medicaltour.gangnam.go.kr/bbs/column_en/view.do?msg_seq=68&mid=93-303&cid=303&lang=en

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.