• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
26 Jul

Merasa Mengalami Gejala OCD Ringan? Coba Lakukan Ini!

by Muhamad Almas Radifan

Hi, Socconians!

Berbagai gangguan kesehatan mental kini sudah banyak terjadi di kalangan muda hingga dewasa, salah satunya adalah OCD. Mungkin kita sudah sering mendengar beberapa orang yang mengalami gejala OCD (Obsessive Compulsive Disorder) dari yang ringan hingga cukup berat. Namun, banyak juga yang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gejala ringan OCD yang ternyata dapat dialami hingga 30% dari suatu populasi. Adapun gejala ringan OCD dapat berupa ketakutan berulang terhadap kemungkinan terkena penyakit di tempat umum, atau keinginan untuk menempatkan suatu barang dengan susunan yang simetris diikuti dengan perilaku repetitif tertentu. Namun, perilaku dan pikiran berulang yang dialami umumnya tidak mengganggu keseharian penderita. Jika gejala OCD ringan yang dialami seseorang sudah menghambat kegiatan sehari-hari, maka besar kemungkinan gejala yang dialami sudah berat dan membutuhkan penanganan profesional melalui berbagai bentuk pengobatan atau terapi.

Gambaran Umum Pengobatan atau Terapi Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Pengobatan atau terapi untuk OCD dilakukan oleh tenaga medis yang ahli dalam kesehatan jiwa. Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi terapi, seperti tingkat keparahan gangguan, usia, serta faktor lainnya seperti kemampuan individu untuk beradaptasi dengan perubahan. Secara umum, pelaksanaan treatment OCD dapat berupa kombinasi dari farmakoterapi dan psikoterapi. Farmakoterapi dalam pengobatan OCD merupakan treatment yang menggunakan beberapa obat-obatan, khususnya obat antidepresan. Kandungan obat yang terbukti dapat mengontrol gejala OCD adalah fluvoxamin, sertraline, citalopram, escitalopram, fluoxetine, paroxetine, clomipramine, dan venlafaxine. Asupan obat-obatan tersebut dapat membantu meningkatkan serotonin sehingga dapat mengontrol munculnya gejala OCD.

Selain farmakoterapi, salah satu bentuk terapi yang dapat dilakukan untuk membantu pengidap OCD adalah CBT (Cognitive Behavioral Therapy). Terapi kognitif perilaku atau CBT merupakan salah satu bentuk dari psikoterapi yang efektif untuk melatih cara berpikir (fungsi) kognitif dan cara bertindak secara bertahap. Pada terapi tersebut, pasien atau klien akan dihadapkan pada kondisi yang seringkali menimbulkan kecemasan. Misalnya, seseorang yang takut kuman penyakit akan diminta untuk menyentuh tanah kemudian mempelajari cara mengatasi rasa takutnya tersebut. Terapi perilaku kognitif bisa dilakukan secara individu atau berkelompok. Jumlah sesi yang dibutuhkan pun bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan gejala yang dialami.

Program Sederhana bagi yang Bergejala OCD Ringan

Socconians, untuk mengetahui apakah seseorang mengalami OCD, tentu diperlukan diagnosis dari tenaga profesional untuk kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog. Namun, bagi orang yang tidak terdiagnosis mengidap OCD dan belum memerlukan treatment, tetapi merasa memiliki gejala OCD ringan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar gejala OCD tidak semakin parah. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan pola hidup yang lebih sehat. Hal ini didukung oleh penelitian beberapa ahli yang menemukan bahwa treatment alternatif non-obat dapat menjadi cara terbaik untuk mengobati OCD, khususnya untuk orang dengan gejala OCD ringan. Berikut ini adalah beberapa beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala OCD ringan:

1. Istirahat dengan cukup dan berkualitas baik. Tidur malam yang cukup dapat membantu mengurangi kecemasan dan pikiran-pikiran yang mengganggu.

2. Konsumsi suplemen untuk membantu mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral.

3. Rutin berolahraga. Cari aktivitas yang disukai dan lakukan bersama teman-teman, disesuaikan juga dengan kondisi sehari-hari.

4. Meditasi, latihan pernapasan dalam, dan relaksasi. Berbagai metode meditasi dan relaksasi dapat membantu mengurangi kecemasan yang dialami seseorang. Jadwalkan juga relaksasi yang rutin dalam sehari, walaupun dalam waktu yang singkat. Metode yang dapat dilakukan adalah dengan latihan mindfulness, mendengarkan lagu yang menenangkan, tai chi, yoga, dan lain-lain.

5. Pola makanan dan minuman yang sehat. Asupan makanan tertentu dapat berdampak pada perkembangan gangguan OCD, khususnya kandungan yang dapat meningkatkan produksi neurotransmitter serotonin. Serotonin sendiri memiliki peran dalam mengatur mood, kualitas tidur, rasa nyeri, nafsu makan, dan kecemasan seseorang, sehingga dapat berpengaruh terhadap gejala OCD. Adapun produksi serotonin dipengaruhi oleh asupan makanan yang mengandung triptofan, seperti dalam makanan kaya protein (seperti kalkun, ayam, susu, telur dan keju), gandum (seperti beras merah dan biji quinoa), kacang-kacangan dan polong-polongan, biji bunga matahari, wijen dan lain-lain.

Socconians, apa pun gangguan kesehatan mental yang dialami, penting untuk mencari bantuan profesional untuk mendapatkan diagnosis medis yang tepat dari masalah yang dialami. Selain melalui metode farmakoterapi ataupun psikoterapi, terapi alternatif seperti yang disebutkan di atas juga sering direkomendasikan bersamaan dengan treatment untuk meningkatkan efektivitas hasilnya. Oleh karena itu, terapkan gaya hidup yang lebih sehat dan konsumsi makanan yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mental kita, ya.

Referensi

Penulis: Muhamad Almas Radifan

Editor-in-Chief: Kabrina Rian

Editor Medis: Gabriella Christina Sutanto, S.Psi.

Editor Tata Bahasa: Christina Intania A.

Sumber Tulisan:

  1. Braverman EM. (2004). “Nutrients for Treating Obsessive-Compulsive Disorder. Life Extension Magazine September”. Diakses pada tanggal 18 September 2020 dari situs web https://www.lifeextension.com/magazine/2004/9/ask
  2. DeMare SR. (2011). “Natural Treatment to Relieve Anxiety and OCD. Association for Comprehensive NeuroTherapy (ACN)”. Diakses pada tanggal 13 September 2020 dari situs web https://latitudes.org/author/acn-report/
  3. Emmons H, Kranz R. (2006). “The Chemistry of Joy: A Three-Step Program for Overcoming Depression Through Western Science and Eastern Wisdom. New York (US): Atria Books”. Diakses pada tanggal 18 September 2020 dari situs web https://books.google.co.id/books?id=3QJVIdj-aHEC&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
  4. IDIBELL-Bellvitge Biomedical Research Institute. (2017, December 19). Mild obsessive-compulsive symptoms in healthy children are linked with cerebral changes. ScienceDaily. Retrieved October 1, 2020 from www.sciencedaily.com/releases/2017/12/171219101915.htm
  5. Jenike MA. (2014). “What You Need to Know About Obsessive Compulsive Disorder: OCD Treatment. International OCD Foundation: 10 – 12”. Diakses pada tanggal 13 September 2020 dari situs web https://iocdf.org/wp-content/uploads/2014/10/What-You-Need-To-Know-About-OCD.pdf
  6. Malakar P & Basu J. (2016). Subclinical obsessive-compulsive symptoms, cognitive processes, school achievement, and intelligence-achievement relationship in adolescents. International Journal of School & Educational Psychology Volume 5(2). Diakses pada tanggal 3 Oktober 2020.
  7. Miller A. (2017). “How Can OCD Be Prevented by Diet?”. Diakses pada tanggal13 September 2020 dari situs web https://www.livestrong.com/article/444633-how-can-ocd-be-prevented-by-diet/
  8. Puspitosari WA. (2009). “Terapi Kognitif dan Perilaku pada Gangguan Obsesif Kompulsif”. Jurnal Mutiara Medika. Volume 9(2). Halaman 73--79. Diakses pada tanggal 18 September 2020.
  9. Willy T. 2019. “Pengobatan Obsessive Compulsive Disorder”. Diakses pada tanggal 18 September 2020 dari situs web https://www.alodokter.com/ocd/pengobatan

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.