• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
22 Jul

Mengalami Silent Bullying di Tempat Kerja? Bagaimana Mengatasinya?

by Marvella Nethania

Hi, Socconians!

Pernahkah kamu mendengar istilah silent bullying sebelumnya? Mungkin belum, karena memang istilah ini jarang digunakan. Namun, bisa saja kamu telah mengalaminya. Seperti apa sih, silent bullying itu? Kalau Socconians penasaran, yuk, baca lebih lanjut!

Silent bullying adalah tindakan bullying yang dimaksudkan untuk mengucilkan korban dengan mendiamkan atau mengabaikan mereka dan tidak melakukan komunikasi dua arah. Ini merupakan jenis bullying yang sering terjadi di tempat kerja dan pelakunya merupakan rekan kerja maupun atasan. Karena berupa tindakan mendiamkan atau mengacuhkan korban, tindakan bullying ini tergolong ke dalam tindakan bullying pasif, berbeda dengan tindakan bullying pada umumnya yang memang ada perilaku nyata. Akan tetapi, tahukah kamu? Tindakan pasif ini mengakibatkan seseorang, dalam segi psikologis, lebih terganggu. Hal ini karena naluri manusia yang memang perlu terlibat dalam sebuah pekerjaan atau organisasi. Maka, ketika dikucilkan, tentunya kita akan merasa tidak adil. Kita akan mulai mempertanyakan seberapa layak kita dalam pekerjaan yang kita lakukan.

Beberapa bentuk silent bullying yang dapat terjadi di tempat kerja adalah:

  • Menunjukkan kemarahan atau ketidaksetujuannya terhadap korban bullying kepada rekan kerja yang lain
  • Tidak memberikan kredit terhadap pekerjaan yang dilakukan
  • Tidak membalas telepon atau e-mail walaupun untuk urusan pekerjaan
  • Tidak diajak untuk diskusi dan/atau mengambil keputusan dalam meeting
  • Penyalahgunaan kekuasaan karena perbedaan jabatan
  • Pemberian sanksi hukuman yang tidak adil

Jika Socconians pernah mengalami salah satu dari poin di atas, artinya Socconians telah mengalami silent bullying. Tentunya, hal ini terasa tidak adil dan terkadang kita tidak mengetahui alasan yang jelas. Silent bullying juga dapat membuat kita merasa depresi dan stres, yang dapat membuat kita meninggalkan pekerjaan yang kita sukai. Bisa saja orang yang mengalami silent bullying masih melakukan pekerjaannya, tetapi hasilnya tidak akan maksimal karena faktor depresi, stres, dan keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Beberapa hal lainnya yang membuat pekerja tidak maksimal dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan adalah sulitnya berkonsentrasi, merasa tidak nyaman, dan inisiatif dalam melakukan pekerjaan yang menurun. Hasil dari silent bullying yang dilakukan rekan kerja ini dapat menyebabkan turunnya performa kerja kita dalam perusahaan atau organisasi.

Untuk mengatasinya, Socconians dapat melakukan hal-hal di bawah ini:

  • Mencari rekan kerja yang menghargai Socconians sebagai support system
  • Jangan terus-menerus melakukan follow-up telepon maupun e-mail
  • Tidak memikirkannya terlalu sering, sehingga tidak mengganggu suasana hati
  • Fokus kepada pekerjaan Socconians dan tunjukkan hasil yang di luar ekspektasi
  • Tidak membalas dengan kemarahan
  • Tetap tenang dan berpikiran positif
  • Percaya diri dan yakinkan diri bahwa bukanlah Socconians yang menjadi masalahnya
  • Melakukan meditasi setelah bekerja untuk menyingkirkan rasa insecurity dan kembali positif

Nah, sekarang Socconians sudah tahu, bukan tentang silent bullying? Jika Socconians memang mengalaminya, semoga hal-hal yang telah disebutkan di atas dapat dicoba untuk membantu Socconians keluar dari situasi silent bullying. Jika ternyata rekan kerja Socconians yang mengalaminya, Socconians dapat membantunya dengan menjadi support system. Dengan begini, lingkungan kerja akan menjadi tempat yang lebih baik!

Referensi

Penulis : Marvella Nethania

Editor-in-Chief : Finda Rhosyana dan Glaniz Izza

Editor Medis : Rifsiana Putri S. S,Psi

Sumber Tulisan :

  1. McAvoy, B. R. (2003). Workplace bullying. BMJ, 326(7393), 776–777. doi:10.1136/bmj.326.7393.776
  2. Sieroda, Helen. (2015). Tackling silent bullying in the workplace. Diakses pada 11 Juli 2020 dari situs wisegoose.co.uk
  3. The Success Manual. (2019). How To Deal With Silent Treatment. Diakses pada 11 Juli 2020 dari situs thesuccessmanual.in

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.