• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
26 Jul

Gangguan OCD Pada Remaja

by Shania Adriella Kurniawan

Halo, Socconians!

Pernahkah kalian mendengar istilah OCD? Obsessive-Compulsive Disorder adalah salah satu bentuk gangguan kesehatan mental yang membuat penderitanya mendapatkan pemikiran yang berulang (obsessions) tanpa bisa dihentikan dan menyebabkan kecemasan. Selain itu, mereka akan melakukan sesuatu berkali-kali (compulsions) untuk meredakan kecemasan itu. Pemikiran dan ritual untuk mengurangi kecemasan ini begitu sering dilakukan sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari.

Bagi banyak dewasa yang memiliki OCD, gejala-gejala gangguan ini dimulai di usia remaja atau awal usia 20-an. Kekhawatiran mereka tidak jauh berbeda dari kekhawatiran yang dirasakan oleh orang dewasa. Remaja dengan OCD umumnya mengkhawatirkan kuman, khawatir menjadi sakit, khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk, atau khawatir tidak dapat melakukan sesuatu dengan sempurna. Nah, untuk mengatasinya, mereka akan melakukan ritual (compulsions) untuk meredakan kekhawatiran yang signifikan tersebut, seperti membersihkan tangan terus-menerus, bertanya berkali-kali pada guru dan orang tua apakah tugas mereka sudah dikerjakan dengan baik, atau melakukan sesuatu berulang-ulang hingga mereka melakukannya dengan benar dan sempurna.

Lalu, bagaimana kita tahu kita mengalami OCD?

Setiap orang mengkhawatirkan sesuatu dan merasakan kekhawatiran tertentu itu merupakan hal yang normal. Namun, orang dengan OCD tidak mampu berhenti khawatir terhadap suatu hal tertentu (obsesi). Oleh karena itu, kita bisa bertanya pada diri sendiri: apakah kita mengkhawatirkan sesuatu dalam waktu yang sangat lama dan intens? Apakah pemikiran dan perilaku kompulsif untuk meredakan kekhawatiran itu memakan banyak waktu hingga mengganggu kegiatan sehari-hari kita? Jika iya, maka ada kemungkinan kamu mengalami OCD.

Nah, banyak gejala lain yang bisa menandakan bahwa seorang remaja memiliki OCD. Beberapa gejala tersebut seperti menarik diri dari lingkungan pertemanan, memiliki rasa percaya diri yang rendah, mudah marah karena hal-hal kecil, menunjukkan perilaku tidak biasa yang tidak bisa dijelaskan, dan kesulitan mengerjakan tugas sekolah. Gejala-gejala ini mungkin terjadi akibat perilaku kompulsif dalam mengatasi pikiran obsesif yang sering kali memakan waktu.

Meskipun demikian, hindari self-diagnosis ya, Socconians! Lebih baik ceritakan apa yang kamu rasakan ke bantuan professional seperti psikolog atau psikiater, sehingga kamu dapat benar-benar memastikan apakah kamu memang mengalami OCD atau tidak, serta bagaimana cara yang baik untuk menangani masalahmu.

Apakah OCD bisa disembuhkan?

Jika tidak ditangani, OCD biasanya berlanjut, berkembang, dan komorbid dengan gangguan lainnya. Namun, gangguan ini bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Salah satu penanganan yang digunakan oleh praktisi kesehatan mental adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT) dalam menangani OCD. Namun, perlu kerjasama yang baik antara praktisi kesehatan mental dan orang dengan OCD untuk menangani gangguan ini. Orang dengan OCD harus bersikap jujur dan terbuka dalam menerima penanganan dari tenaga kesehatan. Oleh karena itu, sebaiknya penanganan OCD dilakukan oleh ahlinya agar dilakukan dengan baik dan efektif.

Peran Keluarga dalam Penanganan OCD

Keluarga banyak berperan dalam proses penanganan remaja dengan OCD. Namun, kebanyakan orang tua dan kerabat seringkali tidak suportif, atau tidak mengerti cara menghadapi gangguan ini. Mereka mencoba membantu, seperti mencoba untuk menyuruh remaja dengan OCD untuk berhenti melakukan ritual/perilaku kompulsif, atau malah membantu menjalankannya. Walau begitu, bantuan ini sering kali justru membuat semua orang stres dan memperburuk kondisi.

Dukungan dari keluarga akan memberi dampak besar pada proses kesembuhan penderita. Terapi keluarga juga terbukti bisa membantu penyembuhan karena gangguan OCD mempengaruhi keluarga juga. Dokter dan praktisi kesehatan mental akan memberitahukan cara-cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendukung anaknya.

Menghadapi Remaja dengan OCD

Anak dan remaja sering kali tidak menyadari bahwa perilaku kompulsif mereka tidak wajar. Remaja dengan OCD dapat menolak untuk mendapatkan penanganan karena takut dengan stigma dan perundungan (bullying) dari temannya. Orang tua dapat membantu dengan berbicara pada anak remajanya mengenai perilaku kompulsif tersebut dan membujuk untuk menangani masalah yang dialaminya ke psikolog atau psikiater. Orang tua juga sebaiknya tidak ikut menjalankan perilaku kompulsif anaknya. Remaja dengan OCD memerlukan dukungan penuh dan kesabaran dari keluarga dan kerabatnya, karena proses penanganan OCD tidak mudah dan membutuhkan waktu.

Jika Socconians merasa diri sendiri atau keluarga mengalami gangguan ini, sebaiknya segera berkonsultasi pada psikolog atau psikiater, ya!

Referensi

Penulis : Shania Adriella Kurniawan

Editor-in-Chief : Kabrina Rian

Editor Medis : Astridiah Primacita Ramadhani, S.Psi

Editor Tata Bahasa : Finda Rhosyana

Sumber Tulisan :

  1. Evolve Treatment Centers. (2020). Obsessive Compulsive Disorder (OCD) in Adolescents. Retrieved September 16, 2020, from https://evolvetreatment.com/for-parents/parent-guides/obsessive-compulsive-disorder/
  2. Heyman, I., Mataix-Cols, D., & Fineberg, N. A. (2006). Obsessive-compulsive disorder. British Medical Journal, 333(7565), 424–429. https://doi.org/10.1136/bmj.333.7565.424. Retrieved September 16, 2020.
  3. Kelly, O. (2020). Dealing With Your Teen Who Has OCD. Retrieved September 16, 2020, from https://www.verywellmind.com/how-do-i-cope-with-a-teenager-with-ocd-2510570
  4. Kring, A. M., Johnson, S. L., Davidson, G., & Neale, J. (2014). Obsessive-Compulsive- Related and Trauma- Related Disorders. In Abnormal Psychology (12th ed., pp. 201–223). https://doi.org/10.1037/031838. Retrieved September 16, 2020.
  5. OCD Chicago. (2009). Got OCD? A Guide for Teens. Retrieved September 16, 2020, from https://beyondocd.org/ocd-guides/got-ocd-a-guide-for-teens
  6. Polaris Teen Center. (2018). Obsessive Compulsive Disorder (OCD) in Teens. Retrieved September 16, 2020, from https://polaristeen.com/articles/ocd-in-teens/
  7. Wagner, A. P. (2009). Obsessive Compulsive Disorder in Children and Teenagers. Boston, MA. Retrieved September 16, 2020.

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.