• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
15 Jul

Berteman dengan Anak Autistik, Bagaimana Caranya?

by

Hai, Socconians!

Pernah dengar istilah autisme, autistik, atau autis? Jika pernah, kita bahas lebih dalam, yuk!

Gangguan autistik atau yang dikenal dengan istilah gangguan spektrum autisme (Autistic Spectrum Disorder) adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak-anak sehingga memengaruhi perilaku sosial dan komunikasinya dengan berbagai tingkatan gejala, mulai dari yang ringan sampai dengan gejala yang parah. Bentuk gejalanya sangat bervariasi, dan biasanya muncul pertama kali pada masa anak-anak, umumnya pada usia dua tahun pertama. Gangguan autistik ini bisa terjadi pada siapa pun tanpa memandang ras, budaya, maupun kalangan tertentu, misalnya orang-orang kaya ataupun miskin. Center for Diseases Control and Prevention (CDC) mengungkapkan kira-kira 1 dari 68 anak di Amerika Serikat teridentifikasi memiliki gangguan autistik.

Anak-anak dengan gangguan autistik cenderung mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain baik secara verbal, seperti kemampuan berbahasa atau berbicara; maupun nonverbal, seperti kontak mata atau mengerti bahasa tubuh dan ekspresi orang lain. Kurangnya kemampuan berkomunikasi ini menyebabkan anak-anak autistik cenderung berperilaku agresif, seperti berteriak-teriak dan berperilaku tidak pantas saat mereka merasa frustrasi. Selain itu, ada juga beberapa anak autistik yang justru lebih banyak berbicara dengan orang-orang tertentu, seperti keluarga, teman dekat, atau siapa saja terkait satu topik yang menarik bagi mereka. Sayangnya, mereka membicarakan satu topik tersebut berulang-ulang dalam waktu yang lama, menyebabkan lawan bicara menjauh.

Sampai saat ini, gangguan autistik belum bisa diobati secara total. Meskipun begitu, anak-anak dengan gangguan autistik ini dapat dilatih untuk berkomunikasi sesuai dengan usia serta ketertarikan anak-anak tersebut. Akan lebih baik jika melatih komunikasi tersebut dimulai pada usia dini.

Kita mungkin akan berhadapan dengan anak-anak autistik atau mungkin memiliki kerabat yang menyandang gangguan autistik. Jangan takut untuk mulai mengajak mereka berbicara dan berkomunikasi. Namun, tentunya berinteraksi dengan anak-anak autistik berbeda dengan anak-anak lainnya. Nah, Socconians, berikut ini adalah cara-cara yang bisa kita lakukan untuk berinteraksi dengan anak-anak autistik. 

1. Memanggil namanya dan memulai dengan topik kesukaannya.

Jika anak autistik tidak memberikan perhatian saat kita berbicara, usahakan untuk selalu memanggil namanya setiap awal pembicaraan agar mereka tahu kalau kita sedang berbicara dengan mereka. Gunakan juga topik yang mereka suka untuk menarik perhatian mereka.

2. Sabar dan tidak terlalu banyak berbicara.

Anak dengan gangguan autistik umumnya membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses informasi, sehingga kita perlu berbicara dengan lambat. Selain itu, upayakan kita tidak terlalu menggunakan banyak kata saat berbicara ataupun bertanya. Gunakan kata-kata yang spesifik dan berulang serta berhenti sejenak untuk memberikan waktu mereka mencerna dan kesempatan untuk bereaksi. Pastikan juga tidak terlalu banyak distraksi sensorik di lingkungan tempatmu berinteraksi dengan anak autistik.

3. Menggunakan bahasa yang jelas dan tidak berbelit-belit.

Anak-anak autistik umumnya mencerna informasi yang mereka dapatkan secara harfiah. Sebisa mungkin, kita menghindari kata-kata sarkasme, ejekan, kiasan, pertanyaan retoris, atau kata-kata singkatan. Ucapkan sesuai dengan apa yang kita maksud agar mudah dipahami.

4. Ajarkan mereka untuk mengekspresikan kemarahan tanpa menjadi agresif.

Biasanya, anak-anak dengan gangguan autistik akan bersikap kasar atau menjadi agresif apabila kita melarang untuk melakukan sesuatu. Kita harus menjelaskan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan cara yang mudah dipahami. Jika diperlukan, kita bisa menggunakan simbol atau kata lain sebagai larangan. Selain itu, kita juga harus memberi contoh bagaimana cara mengekspresikan amarah tanpa menahannya sehingga mereka tidak berperilaku agresif.

5. Jangan terlalu terbawa perasaan.

Saat berinteraksi dengan anak autistik, kita juga jangan terlalu terbawa perasaan apabila mereka tidak memberikan respons yang diharapkan, misalnya dengan mengucapkan kata-kata kasar atau mengabaikan dan mengalihkan perhatian kita karena anak-anak autistik umumnya kesulitan untuk mengendalikan emosinya. Abaikan perilaku mencari perhatian yang membuat tidak nyaman, karena anak dengan gangguan autistik terkadang meminta kamu untuk terus memperhatikan mereka.

6. Biasakan untuk memberikan penghargaan dan menghargai privasinya.

Anak-anak dengan gangguan autistik perlu penguatan secara positif, misalnya dengan sering memberikan penghargaan apabila melakukan hal yang baik. Selain itu, anak dengan gangguan autistik terkadang membutuhkan kasih sayang seperti anak-anak lain bahkan lebih. Namun, jangan lupa untuk menghormati privasinya seperti tidak memberikan pelukan apabila anak tersebut tidak suka disentuh.

7. Pahami komunikasi nonverbal yang tidak biasa.

Terkadang anak dengan gangguan autistik memiliki cara berkomunikasi sendiri, seperti menangis, menggunakan gambar, melihat sebuah objek dengan tidak biasa, atau bahkan menggunakan tangan orang lain untuk menunjuk sebuah objek. Ada juga kebiasaan unik yang sering dilakukan oleh anak autistik, yaitu echolalia. Echolalia adalah mengulang-ulang suatu kata, misalnya mengulang kata yang kamu ucapkan karena tidak mengerti ungkapannya atau tidak tahu bagaimana caranya merespons. Oleh karena itu, kita perlu memahami komunikasi nonverbal yang mereka lakukan.

Referensi

Penulis: Nadhira

Editor-in-Chief: Renanda Aditya dan Finda Rhosyana

Editor Medis: Rifsiana Putri S. S.Psi

Sumber Tulisan:

  1. Tim Penulis National Institute of Deafness and Other Communication Disorders. (2016). “Autism Spectrum Disorder: Communication Problems in Children”. Diakses pada 22 Juli 2019 dari website National Institute of Deafness and Other Communication Disorders.
  2. Tim Penulis National Institute of Mental Health. (2018). “Autism Spectrum Disorder”. Diakses pada 22 Juli 2019 dari website National Institute of Mental Health.
  3. Tim Penulis University of Rochester Medical Center. (2019). “Interacting with a Child Who Has Autism Spectrum Disorder”. Diakses pada 22 Juli 2019 dari website University of Rochester Medical Center.
  4. Tim Penulis National Autistic Society. (2017). “Communicating”. Diakses pada 22 Juli 2019 dari website National Autistic Society.

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.