• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
30 Jun

Ayo Bangun Rasa Percaya Diri Sahabat Disleksia

by

Hai, Socconians!

Mungkin kamu pernah mendengar istilah disleksia. Namun, apa kamu tahu apa disleksia itu? Apakah kamu juga tahu kalau penderita disleksia cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah? Bagaimana kalau penderita disleksia tersebut adalah sahabat kita? Ketika disleksia menyerang rasa kurang percaya diri sahabat kita, bagaimana cara kita membantu mereka menyelesaikan permasalahan tersebut?

Disleksia adalah sebuah permasalahan belajar. Penderita disleksia mengalami kesulitan dalam membaca, biasanya dialami oleh anak-anak. Permasalahan membaca ini disebabkan karena kesulitan untuk mengerti bunyi dalam bahasa dan belajar hubungan antara bunyi tersebut dengan huruf dan kata. Kebanyakan orang memang merasa sulit untuk mengerti permasalahan tersebut karena mereka bukan penderita disleksia. Akibatnya, sering kali anak dengan disleksia dianggap memiliki keterbelakangan mental.

Menurut data dari Asosiasi Disleksia Indonesia, jumlah penderita disleksia di Indonesia telah menyentuh angka lima juta penderita. Melihat jumlah angka yang relatif besar tersebut, akan lebih bijaksana jika kita dapat mengetahui cara terbaik untuk berinteraksi dengan para penderita disleksia, termasuk dalam menjaga rasa percaya diri mereka. Sebagai teman, bagaimana sih kita dapat membantu teman-teman disleksia untuk meningkatkan rasa percaya diri?

Disleksia tidak hanya berpengaruh kepada kemampuan akademis atau kognitif anak muda, tetapi juga kesehatan mental mereka. Secara internal, citra diri seorang anak disleksia sangat rentan untuk terkena stres dan kegelisahan. Kerentanan tersebut disebabkan oleh kemampuan baca mereka yang kurang. Anak muda penderita disleksia bisa dengan mudah mengatakan diri mereka ‘bodoh’ ketika mereka kesulitan mengikuti tempo belajar membaca teman-temannya. Akibatnya, mereka pun merasa diri lebih rendah daripada teman-teman sebayanya. Ketika hal tersebut terjadi, penderita disleksia cenderung mudah merasa diri tidak berguna; stres dan kegelisahan pun muncul. Stres dan kegelisahan tersebut dapat berdampak pada turunnya rasa percaya diri.

Rasa percaya diri yang rentan pada penderita disleksia ini juga berasal dari faktor eksternal. Tidak sedikit dari teman-teman sebaya mengejek penderita disleksia karena mereka tidak mampu untuk membaca dengan baik dan benar. Anak-anak muda yang belum memahami gangguan disleksia ini sering kali menjadi bahan ejekan dan bullying dari teman-teman sekolah mereka. Bullying berdampak buruk kepada rasa percaya diri penderita disleksia. Mereka menjadi kurang percaya diri dan malu ketika mereka harus membaca sebuah bacaan di depan kelas.

Teman-teman penderita disleksia juga memiliki permasalahan relasi sosial yang berpengaruh kepada tingkat kepercayaan diri mereka. Penderita disleksia sering kali sulit untuk membaca sinyal sosial. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan teman-teman penderita disleksia untuk menjaga jarak dengan pergaulan sosial. Jarak sosial dapat menghasilkan kecanggungan kepada teman-teman penderita disleksia dalam menghadapi situasi sosial. Akibatnya, rasa percaya diri penderita disleksia pun turun.

Rasa kurang percaya diri yang disebabkan oleh faktor internal (stres dan gelisah), faktor eksternal (bullying), dan faktor relasi sosial pada penderita disleksia pasti ada solusinya. Kita pun dapat membantu teman-teman penderita disleksia untuk menjaga kesehatan mental mereka. Berikut beberapa bantuan yang bisa kita berikan kepada sahabat penderita disleksia.

  1. Belajar dan memahami betul apa itu disleksia. Sebelum bisa membantu teman-teman penderita disleksia, ada baiknya kita tahu penjelasan utuh mengenai kondisi yang mereka alami. Ketika kita mengetahui apa itu disleksia, kita dapat mencegah diri untuk berprasangka dan mampu mengedukasikan teman-teman kita yang tidak tahu.
  2. Berbicaralah dengan mereka. Beberapa teman-teman disleksia tidak mengetahui bahwa mereka memiliki disleksia. Ketika mereka merasa kurang percaya diri atau bahkan depresi, kita dapat membantu menjelaskan apa itu disleksia kepada mereka.
  3. Pujilah mereka. Ketika kita tahu sahabat dekat memiliki disleksia, kita dapat memuji usaha mereka meskipun hal itu terlihat sederhana. Hindari menunjukkan kesalahan mereka dengan cara mengejek atau merendahkan. Ingat, teman-teman disleksia memerlukan usaha lebih besar daripada kita untuk belajar membaca. Pujian kecil dan singkat dapat membantu mereka rasa percaya diri.

Socconians pasti sayang dengan para sahabat. Terlepas dari segala kekurangan mereka, sahabat kita tetaplah manusia. Disleksia bukanlah sebuah hambatan kehidupan jika kita mau membantu teman-teman kita mengatasinya. Kalau kita bisa memberikan waktu ketika teman-teman disleksia memiliki permasalahan, kita pun bisa turut membantu menjaga kepercayaan diri mereka. Jadi, ayo kita mulai belajar disleksia dan menjadi teman yang baik bagi teman kita.

Referensi

Penulis : Hugo Ramsey Teo, Adithya Asprilla, dan Sepriandi

Editor in Chief : Muhammad Azimi dan Sulistia Ningsih

Review Medis : Ayu Siantoro, M.Sc

Sumber Tulisan :

  1. Gordon, Sherri. (2019). “9 Consequences of Name Calling”. Diakses dari laman web verywellfamily.com pada tanggal 20 Januari 2020.
  2. Permanasari, Indira. (2010). “Mereka (Tetap) Anak Pintar”. Diakses dari laman web Kompas.com pada tanggal 13 Januari 2020.
  3. Ryan, Michael & International Dyslexia Association. (2004). “Social and Emotional Problem Related to Dyslexia”. Diakses dari laman web LDonline pada tanggal 13 Januari 2020.
  4. Shaywitz, Sally & Bennett Shaywitz. (2016). “Dyslexia and Bullying”. Diakses dari laman web The Yale Centre for Dyslexia and Creativity pada tanggal 14 Januari 2020.
  5. Tim Penulis Dyslexia Scotland. (2018). “Dyslexia and Self Esteem”. Diakses dari laman web Dyslexia Scotland pada tanggal 13 Januari 2020.
  6. Tim Penulis Mayo Clinic. (2017). “Dyslexia”. Diakses dari laman web Mayo Clinic pada tanggal 13 Januari 2020.
  7. Tim Penulis Dyslexia Connect. (n.d.) “Dyslexia and Self Esteem Problem” Diakses dari laman web Dyslexia Connect pada tanggal 13 Januari 2020.


Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.