• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
01 Jul

Antisosial dan Asosial, Apa Perbedaannya?

by

Socconians, pernahkah kamu merasa takut untuk bertemu dengan orang baru, berkumpul dengan sekelompok orang yang belum pernah kamu temui sebelumnya, tidak memiliki motivasi untuk terlibat dalam aktivitas bersama orang lain, atau bahkan menarik diri dari lingkungan sosial? Apakah kemudian karena itu Socconians pernah menyebut diri kalian sebagai seseorang yang antisosial atau ansos? Hmm.. Ternyata orang antisosial bukan seperti itu, Socconians! Antisosial dan asosial seringkali dipahami sebagai seseorang yang sama, padahal mereka berbeda, lho.

Antisosial diawali dengan kata ‘anti-’ yang dalam KBBI memiliki arti melawan, menentang, dan memusuhi. Dengan kata lain, antisosial dapat diartikan sebagai gangguan **pola perilaku/kepribadian seseorang yang tidak dapat beradaptasi/bertentangan dengan norma-norma yang berlaku atau yang telah berlangsung lama.

Ciri-ciri umum seseorang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial berdasarkan DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) adalah perilaku tak acuh pada orang lain, impulsif, tidak bertanggung jawab secara konsisten, kurangnya rasa penyesalan, seringkali terlibat dengan hukum, mudah marah, agresif, dan manipulatif.

Di sisi lain, awalan ‘a-’ pada kata asosial menurut KBBI memiliki arti kekurangan, tidak, atau bukan. Maka, asosial mengacu pada seseorang yang tidak sosial atau secara istilah merupakan sikap kepribadian individu yang kurang motivasi untuk terlibat atau melakukan suatu interaksi dengan orang atau kelompok lain.

Ciri-ciri umum pada asosial adalah cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, kurang inisiatif untuk memiliki hubungan yang akrab dengan orang lain, serta kurang motivasi dalam membangun kontak secara sosial.

Selain berdasarkan definisi, terdapat tiga perbedaan yang dapat dirangkum dari antisosial dan asosial, antara lain:

1. Antisosial dan asosial terhadap norma serta aturan di lingkungan sosial.

Perbedaan pertama sedikit berhubungan dengan definisi yang telah dijelaskan sebelumnya, seseorang dengan sikap asosial masih menghargai kedudukan nilai-nilai dan norma-norma yang berkembang di masyarakat, hanya saja kurang memiliki kepekaan atau perasaan karena sikapnya yang cenderung mementingkan diri sendiri.

Sedangkan gangguan kepribadian antisosial tidak dapat beradaptasi dengan norma dan aturan yang berlaku sehingga perilaku membenci orang lain maupun kehidupan sosial pada umumnya sangat mendominasi atau terlihat di kehidupan sehari-hari mereka.

2. Antisosial sebagai orang dengan konflik tinggi, dan asosial sebaliknya.

Antisosial dapat dikategorikan sebagai satu dari lima tipe kepribadian yang memiliki konflik tinggi. Kepribadian Konflik Tinggi atau High Conflict Personality (HCP) maksudnya adalah kepribadian yang pada dasarnya suka menimbulkan permusuhan, tidak melihat posisinya sendiri, tetapi sibuk menyalahkan orang lain. Kelima tipe kepribadian ini dikelompokkan dalam HCP karena memiliki pola dasar yang sama, yakni menyalahkan orang lain, kebiasaan berpikir ‘all/nothing’, emosi tidak terkendali, dan berperilaku esktrem. Antisosial yang tergolong HCP sering kali menjadi pusat perhatian atau tampil menonjol dan senang berurusan dengan orang lain. Acap kali juga menyalahkan target yang menyebabkan frustrasi atau yang menghalangi dan mengganggu aktivitasnya. Pada waktu yang lama, orang antisosial dapat juga memberikan hukuman bagi target tersebut, baik yang ringan hingga membahayakan.

Berbeda dengan antisosial, seseorang dengan perilaku asosial malah tidak ingin terlibat dengan urusan orang lain. Bahkan, mereka cenderung menarik diri terlebih dahulu dari hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan sosial. Oleh karena itu, asosial kerap kali tidak terlihat menonjol di lingkungannya.

Nah, Socconians sudah dapat mengerti kan, ternyata keduanya merupakan hal yang berbeda. Antisosial masih dapat bercanda gurau dan menjadi orang yang menyenangkan, begitu juga dengan asosial. Namun, apabila terdapat dampak dari gangguan kepribadian yang membahayakan diri dan orang lain di sekitar, serta mengganggu keseharian, jangan pernah ragu untuk berkonsultasi pada ahlinya, ya!

Ayo, bersama menjaga kesehatan mental masing-masing!

Referensi

Penulis: Qonitah Rafiusrani

Editor-in-Chief: Aniesa Rahmania Pramitha Devi

Editor Medis: Astridiah Primacita Ramadhani, S.Psi

Editor Tata Bahasa: Indah Riadiani dan Glaniz Izza

Sumber Tulisan :

  1. Kring AM, Gur RE, Blanchard JJ et al. (2013). The Clinical Assessment Interview for Negative Symptoms (CAINS): final development and validation. Am J Psychiatry. 2013;170:165-72.
  2. Marder, Stephen R., Galderisi, Silvana. (2017). The current conceptualization of negative symptoms in schizophrenia. World Psychiatry. 16:1
  3. Mentalhealthathome.org. “What Is… Antisociality and Asociality”. Diakses pada 12 September 2020 dari https://mentalhealthathome.org/2019/06/28/what-is-antisociality/
  4. Psychologytoday.com (2019) “Antisocial Personality Disorder”. Diakses pada 12 September 2020 dari https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/antisocial-personality-disorder
  5. Psychologytoday.com. (2017) “Five Types of High-Conflict Personalities”. Diakses pada 12 September 2020 dari https://www.psychologytoday.com/intl/blog/5-types-people-who-can-ruin-your-life/201711/five-types-high-conflict-personalities
  6. Theswaddle.com. (2020) “The Difference Between ‘Asocial’ and ‘Antisocial”’. Diakses pada 12 September 2020 dari https://theswaddle.com/the-difference-between-asocial-and-antisocial/
  7. Zhafira, Talitha. (2018). “Sikap Asosial Pada Remaja Era Millenial”. Sosietas. Vol:8 Universitas Pendidikan Indonesia

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.