• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
23 Jul

Antara Antisosial dan Hikikomori, Apakah Serupa?

by Afif Muflih

Hi, Socconians!

Kali ini Social Connect akan membahas mengenai beberapa jenis gangguan kesehatan mental yang mungkin masih disalahartikan oleh sebagian dari kita. Antisosial dan hikikomori biasanya sama-sama dilihat sebagai kondisi ketika seseorang meminimalisir interaksi sosial. Kedua kondisi tersebut cenderung terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Meskipun demikian, pada dasarnya antisosial dan hikikomori merupakan kondisi yang jauh berbeda, lho. Nah, kali ini Social Connect akan membantumu mengenal lebih dalam mengenai perbedaan antara antisosial dan hikikomori sekaligus dampaknya bagi kualitas hidup seseorang.

Jadi, Apa itu Antisosial dan Hikikomori?

Socconians, antisosial merupakan sebuah gangguan kepribadian atau gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan kurangnya rasa hormat seseorang terhadap orang lain. Seseorang yang memiliki kondisi antisosial juga memiliki beberapa karakteristik, seperti mempunyai kecenderungan untuk berbohong, melanggar peraturan, dan tidak peduli dengan keselamatan orang lain maupun dirinya sendiri. Penyebab dari kondisi ini sebenarnya masih belum diketahui secara pasti. Meskipun begitu, banyak yang mengaitkan antara faktor genetik dan lingkungan sebagai faktor yang dipercaya mendorong terbentuknya kondisi antisosial.

Berbeda dengan antisosial, hikikomori adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menarik diri dari kehidupan sosial. Meskipun fenomena ini lebih sering dijumpai di Jepang, ternyata hal itu tidak membuat hikikomori hanya dapat ditemukan di Jepang saja, lho. Penderita hikikomori ini biasanya memiliki karakteristik khusus, seperti menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam kamar dalam waktu yang lama, bahkan hingga lebih dari enam bulan. Beberapa laporan medis juga menyebutkan bahwa kemunculan hikikomori sendiri sering dikaitkan dengan pengalaman masa lalu, seperti trauma pada masa kecil, korban bullying, hingga buruknya hubungan keluarga yang diduga menjadi salah satu penyebabnya.

Bagaimana Kondisi Tersebut Berdampak pada Kehidupan Pribadi Seseorang?

Socconians, setelah kita mengetahui apa perbedaan antara antisosial dan hikikomori, kali ini Social Connect akan membahas mengenai dampak apa saja yang dapat ditimbulkan dari kondisi tersebut, khususnya bagi kualitas kehidupan seseorang. Seseorang dengan gangguan kesehatan mental dalam bentuk antisosial biasanya akan mengalami beberapa permasalahan sosial maupun kesehatan. Dalam aspek kehidupan sosial, seseorang dengan kondisi ini cenderung akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan dan pekerjaan. Peneliti juga menemukan fakta bahwa orang dengan kondisi antisosial memiliki kecenderungan untuk tidak memiliki hubungan dekat dengan keluarga di luar keluarga inti, bahkan cenderung tidak memiliki teman dekat. Apabila dilihat dari segi kesehatan fisik, orang dengan kondisi ini akan lebih rentan terhadap beberapa risiko masalah kesehatan yang biasanya disebabkan oleh lekatnya karakteristik penggunaan narkoba, minuman keras, depresi, dan bahkan lebih rentan untuk mengalami cedera disebabkan kecenderungannya untuk terlibat dalam tindakan kriminal dan perkelahian.

Lantas, tak jauh berbeda dengan antisosial, hikikomori ternyata juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan orang yang mengalaminya. Dalam segi sosial, seperti beberapa kasus yang terjadi di Jepang, seseorang yang mengalami kondisi ini cenderung menerima konotasi negatif di masyarakat di tempat mereka tinggal. Utamanya hal ini terjadi karena mereka dilihat sebagai beban sosial dan berpotensi menjadi kriminal. Selain itu, karakteristik hikikomori yang cenderung menghindari situasi sosial akan sangat mempengaruhi pekerjaan, akses terhadap pendidikan dan hubungan sosial individu tersebut terhadap lingkungannya. Seseorang yang mengalami hikikomori akan cenderung menarik diri dari keluarga dan jarang memiliki teman. Lebih lanjut, berbagai permasalahan terkait kesehatan mental juga sering ditemui pada orang yang mengalami kondisi ini, seperti munculnya rasa kesepian, menurunnya rasa percaya diri, halusinasi, berkurangnya kemampuan interaksi sosial secara langsung, bahkan hingga berujung depresi, dan munculnya pikiran untuk bunuh diri. Sedangkan apabila kita melihatnya dari segi kesehatan fisik, seseorang dengan kondisi ini akan lebih mudah untuk mengalami kekurangan nutrisi pada fase awal hikikomori. Pada fase lebih lanjut, kondisi ini akan menyebabkan terjadinya obesitas dan berisiko 3 kali lebih besar mengalami hipertensi serta penyakit kronis lainnya sehingga secara tidak langsung hal ini akan memperparah kualitas kehidupan orang tersebut.

Referensi

Penulis: Afif Muflih

Editor-in-Chief: Kabrina Rian

Editor Medis: Sherly Deftia Agustina, S.Ked

Editor Tata Bahasa: Christina Intania Ariwijaya dan Hafiza Dina

Sumber Tulisan : 

  1. Álvarez-García, D., González-Castro, P., Núñez, J., Rodríguez, C., & Cerezo, R. (2019). “Impact of Family and Friends on Antisocial Adolescent Behavior: The Mediating Role of Impulsivity and Empathy”. Frontiers In Psychology. 10. doi: 10.3389/fpsyg.2019.02071
  2. Conrad, A. (2018). “People in Japan are increasingly shutting themselves off from society”. Diakses pada tanggal 12 September 2020 dari situs web https://www.gq-magazine.co.uk/article/hikikomori-japan
  3. Haelle, T., & Allison Young, M. [Everyday Health]. (2020). “Complications and Life Consequences of Antisocial Personality Disorder (ASPD)”. Diakses pada tanggal 12 September 2020 dari situs web https://www.everydayhealth.com/antisocial-personality-disorder/life-consequences/
  4. Kato, T., Kanba, S., & Teo, A. (2019). “Hikikomori: Multidimensional understanding, assessment and future international perspectives”. Psychiatry And Clinical Neurosciences. doi: 10.1111/pcn.12895
  5. Kondo, N., Sakai, M., Kuroda, Y., Kiyota, Y., Kitabata, Y., & Kurosawa, M. (2011). “General condition of hikikomori (prolonged social withdrawal) in Japan: Psychiatric diagnosis and outcome in mental health welfare centres”. International Journal Of Social Psychiatry. 59(1), 79-86. doi: 10.1177/0020764011423611
  6. MentalHealth.gov. (2017). “Antisocial Personality Disorder”. Diakses pada tanggal 12 September 2020 dari situs web https://www.mentalhealth.gov/what-to-look-for/personality-disorders/antisocial-personality-disorder
  7. Shepherd, J. (2003). “The impact of antisocial lifestyle on health”. BMJ. 326(7394), 834-835. doi: 10.1136/bmj.326.7394.834
  8. Teo, A. (2009). “A New Form of Social Withdrawal in Japan: a Review of Hikikomori”. International Journal Of Social Psychiatry. 56(2), 178-185. doi: 10.1177/0020764008100629
  9. Teo, A., & Gaw, A. (2010). Hikikomori, a Japanese Culture-Bound Syndrome of Social Withdrawal?. The Journal Of Nervous And Mental Disease, 198(6), 444-449. doi: 10.1097/nmd.0b013e3181e086b1
  10. Yuen, John W. M., Yan, Y K., Wong, V., Tam, W., So, K., Chien, W., (2018) A Physical Health Profile of Youths Living with a “Hikikomori” Lifestyle. Int J Environ Res Public Health. doi: 10.3390/ijerph15020315

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.