• Home
  • Article
  • News
  • Partnership
  • Community
  • Kolaborasi
  • Career
  • Login
24 Oct

5 Alasan Mengapa Kegiatan Menonton Film Baik untuk Kesehatan Mental

by Irdha Zahra, M.Psi, Psikolog

Hai, Socconians!

Siapa di antara Socconians di sini yang merasa terhibur ketika menonton film? Rasanya, perasaan yang sedih bisa menghilang sementara, bukan? Masalah hidup juga sekejap tidak perlu dipikirkan ketika kita larut dalam film yang kita tonton.

John Lennon, seorang vokalis grup musik legendaris The Beatles pernah mengatakan:

“Time you enjoy wasting is not wasted” – John Lennon

Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia asalkan kita menikmatinya. Ternyata menikmati kegiatan menonton tampaknya bisa menjadi "jalan ninja" untuk tidak membuang-buang waktu.

Dikutip dari Media Indonesia, survei yang dilakukan Nielsen Media menemukan data bahwa warga Jakarta paling banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Menonton sudah menjadi gaya hidup manusia modern saat ini. Hampir tidak ada manusia yang tidak tersentuh oleh pengaruh media bernama televisi. Pergi menonton bioskop pun menjadi salah satu alternatif kegiatan menyenangkan tersendiri. Bahkan, dengan kehadiran platform menonton film, seperti Netflix, Viu, iQIYI, HBO, dan lain-lain, kegiatan menonton tayangan film dapat dilakukan di mana pun dan kapan pun.

Terlepas dari keberadaannya sebagai bagian dari gaya hidup manusia, sebenarnya apakah manfaat film hanya sebatas sebagai sarana hiburan saja? Mungkinkah film memiliki manfaat psikologis yang berguna bagi kesehatan mental kita? Berikut lima manfaat psikologis yang kita peroleh saat menonton film.

1. Pemancar Sisi Psikologis dalam Diri

Layaknya sebuah mesin proyektor yang memindahkan gambar ke sebuah layar, film juga akan mengeluarkan sisi psikologis dalam diri kita. Cara pandang, kebutuhan, sikap ataupun nilai-nilai yang dianut akan kita masukkan ke adegan, karakter, plot, sampai dialog dalam sebuah film yang kita tonton. Proses itu dinamakan projeksi. Hal ini yang membuat kita bisa merasakan bahwa karakter tertentu memiliki beberapa kemiripan dengan kita sehingga kita merasa "dekat" dengan karakter itu. Ikut mengangguk sepakat ketika ia mengambil keputusan yang sesuai dengan harapan kita, kesal saat dia mengambil sikap yang tidak sejalan dengan nilai-nilai moral yang kita anut, dan bisa kecewa saat film tidak sesuai dengan standar kita.

2. Alat Memancing Emosi

Pernah dengan sengaja memilih film yang sedih karena ingin menangis atau memutuskan untuk nonton komedi karena sedang butuh tertawa? Ternyata, film bisa menjadi alat katarsis, dengan cara menggugah emosi yang terpendam dan mengeluarkannya sehingga membuat perasaan kita menjadi lebih lega. Setelah perasaan membaik, tentunya kita akan lebih mudah untuk mencari solusi dari masalah kita.

3. Panduan Perilaku Baik dan Tidak baik

Film mengajarkan kita hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta menunjukkan kepada kita konsekuensi apa yang dialami oleh karakter atas apa yang ia lakukan. Brigit Wolz menggunakan teknik “The Prescriptive Way” dalam Cinema Therapy, yaitu ketika sebuah film dengan adegan tertentu dipilih untuk menjadi contoh perilaku tertentu dalam memecahkan masalah yang biasanya sesuai dengan permasalahan hidup dari klien (Gregerson, 2010).

Dalam adegan tertentu, misalnya ketika sebuah karakter dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya tanpa menyakiti lawan bicaranya, menjadi latihan untuk kita dalam meningkatkan kemampuan komunikasi asertif. Kita bisa menonton adegan tersebut berulang-ulang sambil melatih keterampilan baru tersebut.

4. Media Pembelajaran Hidup

Film dapat menjadi media belajar yang kompleks dan kuat karena seluruh elemen dari sebuah film dapat memengaruhi kondisi jiwa seseorang. Film dapat memberikan ilustrasi konkret mengenai konsep tertentu dari kehidupan, seperti mengenai pernikahan, kematian, perjalanan karier, situasi krisis, cara pengasuhan, dan lain sebagainya.

Selain itu, film dapat memberikan gambaran mengenai keterampilan apa yang dibutuhkan, misalnya pentingnya pengetahuan tentang kesehatan mental, kemampuan mengambil keputusan, atau kemampuan mengelola stres. Film yang disaksikan membuat kita ikut menghayati pengalaman bertumbuh dari suatu karakter tertentu yang bisa kita jadikan suatu pembelajaran dalam hidup (Leonard & Robin, 2004 dalam Gregerson, 2010).

5. Stimulan Area Kecerdasan

Teori Multiple Intelligences Howard Gardner menunjukkan bahwa semakin banyak area kecerdasan yang diakses, maka akan semakin cepat kita menangkap suatu hal. Oleh karena itu, untuk belajar lebih efektif disarankan menggunakan berbagai metode untuk memproses informasi. Menonton film pun dapat mengaktifkan beragam area kecerdasan (Sturdevant, 1998 dalam Gregerson, 2010).

Beberapa contoh elemen film yang dapat menggugah kecerdasan: 1) Plot film dapat menggugah kecerdasan logika; 2) Dialog untuk melatih kecerdasan linguistik (bahasa); 3) Gambar, warna, dan simbol dalam film untuk kecerdasan visual spasial; 4) Suara, bunyi, dan musik sebagai stimulasi kecerdasan musik; 5) Storytelling untuk kecerdasan interpersonal; 6) Movement dari karakter merangsang kecerdasan kinesthetik (gerak); 7) Refleksi diri yang diperoleh dari menonton film dapat menggugah kecerdasan intrapsikis. Jadi, film dianggap dapat menjadi sarana belajar yang efektif dan menyenangkan.

Rupanya, film tidak hanya kegiatan iseng untuk mengisi waktu kosong, tetapi film juga memiliki banyak hal yang bermanfaat untuk kondisi psikologis manusia. Perspektif baru ini hendaknya memperkaya pemahaman kita tentang menonton film dan mulai berfokus pada manfaat positif yang bisa kita dapatkan. Tentunya, menonton film juga perlu diseimbangkan dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya, ya. Yuk, nonton film untuk kesehatan mental!

Referensi

Penulis: Irdha Zahra, M.Psi, Psikolog

Editor Tata Bahasa: Nabila Azhari

Sumber Tulisan:

1. https://mediaindonesia.com/megapolitan/329289/survei-warga-jakarta-paling-banyak-menonton-tv-saat-wfh diakses pada 20 Mei 2021.

2. Gregerson, Mary Banks (Editor). 2010. The Cinematic Mirror for Psychology and Life Coaching. New York: Springer.

Artikel Lainnya!

14 Aug

4 Cara untuk Meningkatkan Self-Image Kita

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Self-image adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri secara baik atau buruk. Jika kita seringkali membanding-bandingkan diri kita dan membentuk sebuah pemikiran, “Kalau kita tidak sukses (seperti yang lain), kita tidak berharga”. Alhasil, self-image kita akan merosot. Berikut empat cara untuk meningkatkan self-image kita!

Read More
12 Aug

Meningkatkan Kualitas Hubungan: Know Yourself Better

by Michelle Adi Nugraha, S. Psi.

Apakah Socconians sudah mengenali diri kalian lebih baik? Dengan mengenali diri kita sendiri, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan kita dengan diri kita sendiri, lho! Selayaknya ketika kita ingin berkenalan dengan orang lain, mengenali diri kita sendiri menggunakan pendekatan yang serupa.

Read More
10 Aug

Mengetahui Lebih Banyak Tentang Toxic Relationship

by Rizka Siti Nur Rachmawati, S.Psi

Socconians pernah dengar apa itu toxic relationship? Saat ini tidak jarang ditemui bahwa apa yang kita anggap tidak sehat belum tentu orang lain juga akan sependapat. Ada beberapa hal dasar yang perlu sama-sama Socconians ketahui tentang tanda-tanda hubungan toxic relationship. Yuk, simak selengkapnya di artikel berikut ini!

Read More

Get to know us at please send email to halo@socialconnect.id

© Social Connect 2019-2025 All rights reserved.